Rss Feed

  1. Artemis Fowl (Artemis Fowl, #1)Artemis Fowl by Eoin Colfer
    My rating: 2 of 5 stars

    The Synopsis

    Artemis Fowl, seorang bocah jenius berusia 12 tahun yang datang dari keluarga penjahat besar. Selama bertahun-tahun keluarga Fowl dikenal sebagai keluarga penjahat nomor 1 yang berhasil menumpuk kekayaan besar darinya. Masalah datang ketika terjadi suatu kesalahan pengelolaan finansial yang menebabkan hilangnya sebagian besar kekayaan keluarga Fowl dan juga ayah dari Artemis.

    Berniat untuk mengembalikan kekayaan keluarganya, Artemis mengincar sesuatu yang terdengar tidak masuk akal. Dia mengincar emas para peri. Dengan hasil penyelidikannya, dia berhasil memperoleh Buku, sebuah kitab suci para peri yang berisi hukum dan segala hal yang berhubungan dengan mereka.

    Artemis dan pelayannya kemudian berhasil meringkus seorang peri Kapten Short, yang merupakan kapten wanita pertama dalam jajaran LEPrecon, sebuah cabang Kepolisian Elemen Bawah alias kepolisian para peri.

    Hal ini menyebabkan kepanikan besar di kalangan para peri dan LEPrecon pun akhirnya adu otak dan tenaga untuk memperoleh kembali salah satu anggota mereka dari tangan Artemis Fowl.

    The Review

    Sepanjang membaca cerita ini hanya ada satu hal di pikiran saya, Black Butler. Oke, saya tahu, novel ini hadir jauh lebih dulu daripada Black Butler, tapi berhubung saya baca manga itu duluan, jadinya saya selalu membayangkan si Artemis ini sebagai Ciel dan si Butler (nama pelayannya Artemis) sebagai Sebastian.

    Artemis Fowl sebenarnya memiliki genre cerita yang menarik. Dia menggabungkan fantasi peri dengan fantasi ilmiah. Teknologi di dalamnya tetap terdengar keren, bahkan sesudah 11 tahun berlalu sejak debut pertamanya.

    Fantasi ilmiah sebenarnya salah satu genre yang sulit untuk ditulis. Penulis harus hati-hati pada setiap fakta yang dia tuliskan, karena kalau tidak pasti ada adegan yang terdengar aneh. Bagi saya adegan itu adalah ketika Sebastian Butler terkena tongkat listrik dari salah satu anggota LEPrecon. Tongkat itu mengalirkan tegangan 1000 volt dan Sebastian masih tetap hidup dan bahkan menyerang balik. Apa? Seribu volt gitu loh. Orang kena tegangan 220 aja sudah berbahaya. Apalagi ini yang seribu volt. Pakai pengaman apa sih si pelayan satu ini?

    Selain itu penjelasan akhir mengenai cara Artemis lolos dari penghentian alur waktu juga terasa aneh. Dia bilang bahwa ketika masuk dalam penghentian alur waktu, mereka akan tetap berada dengan kondisi yang sama dengan saat kondisi mereka masuk. Jadi kalau kondisi mereka saat masuk dalam penghentian waktu adalah bangun, maka mereka akan tetap terbangun. Tubuh dan pikiran dapat merasa lelah, tapi mereka tidak bisa tertidur.

    Tebak bagaimana cara mereka lolos dari alur waktu yang berhenti? Dengan tidur. Mereka minum obat yang membuat mereka tidur sehingga bisa lolos dari medan waktu itu. Tunggu dulu. Bukannya tadi dibilang bisa merasa lelah tapi tidak bisa tidur. Bukannya ini tetap berlaku bahkan dengan obat? Mereka dapat merasa mengantuk tapi tetap tidak akan tertidur?

    Selain itu bagaimana dengan tidur itu mereka dapat selamat dari bom biologis yang para peri gunakan juga tidak dijelaskan. Bermain-main dengan waktu, bahkan dalam cerita sekali pun, adalah hal yang berbahaya. Para penulis top sekali pun sering mendapat masalah dengan plot waktu yang dihentikan atau dimaju mundurkan seperti ini. Sejauh ini, dari buku-buku yang saya pernah baca, saya rasa baru J.K. Rowling yang mengeksplorasi hal ini dengan baik dalam seri Harry Potter-nya.

    Overall

    Sebenarnya Artemis Fowl kisah yang cukup menarik. Hanya saja masalah-masalah yang saya bilang di atas terlalu fatal bagi saya. Selain itu satu hal yang saya rasa kurang adalah "keanggunan" pada karakter-karakternya. Mungkin kurangnya "keanggunan" pada Artemis Fowl merupakan pengaruh usianya yang baru 12? Saya kurang tahu, tapi secara pribadi berharap karakter Artemis digambarkan sedikit lebih anggun lagi.


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment