Rss Feed
  1. Gajah Mada (Gajah Mada, #1)Gajah Mada by Langit Kresna Hariadi
    My rating: 3 of 5 stars

    Akhirnya. Selesai juga baca buku "Gajah Mada" karya Pak Langit Kresna Hariadi ini. Butuh 2 minggu bo. Gara-gara sibuk juga sih, makanya baca buku ini jadi tersendat-sendat :D

    Btw this is one long rant, so brace yourself.

    Pada dasarnya buku pertama serial Gajah Mada ini bercerita mengenai bagaimana Gajah Mada memimpin pasukannya untuk merebut kembali tahta Jayanegara, raja Majapahit, yang direbut karena pemberontakan para Rakrian Dharmaputra Winehsuka, yang dipimpin oleh Ra Kuti.

    Dalam usahanya itu Gajah Mada berhadapan bukan hanya dari tekanan Ra Kuti, tapi juga tekanan dari dalam kelompoknya sendiri, karena ternyata ada seorang pengkhianat yang memihak pada Ra Kuti dan membocorkan setiap informasi yang Gajah Mada miliki.

    Novel Gajah Mada ini dari segi penceritaan boleh saya bilang "belepotan". Maksudnya, POV yang dipakai adalah POV bebas. Alias bergerak dari satu sudut pandang ke sudut pandang lainnya. Apa yah istilah POV ini? Sudut pandang tahu segala?

    Permasalahan dengan POV ini terletak pada orang-orang yang diambil sudut pandangnya oleh Pak LKH. Bukan hanya Gajah Mada, pasukan Bhayangkara, dan kelompok Ra Kuti yang dia pakai POV-nya, bahkan kadang tiba-tiba orang yang ada di jalan pun bisa dipakai sudut pandangnya. Hal-hal seperti ini agak mengganggu menurutku dan sebenarnya tidak terlalu perlu.

    Ceritanya sendiri menurut saya cukup enak untuk diikuti. Bagian depannya memang agak lambat, tapi masuk ke halaman 200-an akhir ke belakang, tempo membaca saya makin cepat.

    Mengenai tokoh-tokoh yang ada, berhubung ini cerita perang yang melibatkan satu kerajaan, tidak heran ada banyak sekali karakter. Buat saya tokoh-tokohnya tidak ada yang terlalu menonjol. Ya, bahkan Gajah Mada yang harusnya jadi tokoh utama novel ini. Dia tidak terlalu punya "personality" menurut saya. Malah orang semacam Ra Tanca, salah seorang Winehsuka, lebih membekas buat saya.

    Selain itu, karakter-karakter yang mati dalam novel ini, semacam Risang Panjer Lawang dan Singa Parepen, mungkin harus lebih diberi porsi. Apalagi pas Panjer Lawang tewas dibunuh si pengkhianat. Reaksi saya cuma, "Um, ini siapa yah?". Soalnya dia sama sekali gak ada peran di depan, tahu-tahu tewas. Gak emosional deh matinya. Si Parepen juga harusnya lebih diberi porsi dan kalau bisa dibuat agar mendapat tempat tersendiri di hati pembaca sejak awal.

    Satu lagi soal karakter. Si Kalagemet, alias Raja Jayanegara, dia ini raja kan? Harusnya raja juga dapat pendidikan politik dan seni perang gitu kan? Dan minimal kalau dia raja, harusnya dia punya "aura" atau kebijaksanaan tersendiri. Hal itu tidak saya lihat di sepanjang buku ini. Dia cuma mengeluh, lari, bersembunyi, yang mana memang poin dari pelariannya. Minimal tunjukan kalau dia punya kualitas raja kek. Ini sama sekali tidak kelihatan. I just think of him as one whiny king.

    Satu keluhan terbesar saya untuk buku ini adalah di pemilihan katanya. Banyak kata-kata "asing" (Jawa mungkin?) yang tidak ada terjemahannya. Saya lihat di daftar kata-kata di belakang juga tidak ada. Terus maksud kata-kata ini apa? Mungkin lain kali pakai bahasa Indonesianya saja Pak LKH. Tidak harus pakai bahasa Jawa saat itu kok.

    Terus soal Ra Kuti. Dia kalau saya lihat tipe tokoh jahat yang sebenarnya bukan tokoh jahat utama. Kalau kulihat dia kayaknya cuma boneka. Ada orang lain lagi yang mengendalikannya, tapi saya tidak yakin soal ini. Tidak ada konfirmasi bahkan hingga akhir buku.

    Karakter lainnya yang jadi sorotan saya adalah Ra Tanca. Apa tujuannya bergabung dalam kelompok pemberontak ini? He is not that type of guy. Kayaknya dia punya rencana lain (atau apa soal keinginannya untuk menikahi seorang wanita adalah motif utamanya? Kalau memang ini motifnya, maka enggak banget deh). Di bagian akhir ada sedikit terkuak tentang dia, tapi tetap saja itu masih sebuah tanda tanya besar. Apa soal ini akan dibahas di buku 2? Mari kita lihat.

    Secara keseluruhan, buat saya buku ini masih enjoyable dan menarik. Feel-nya dapat dan soal bagaimana Ra Kuti tumbang juga believable untuk saya. Cuma mungkin soal POV, pemilihan kata, dan karakter saja yang agak bermasalah. Tapi bahkan dengan masalah-masalah itu pun, buku ini tetap menarik.

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment