Rss Feed
  1. Hujan Bulan JuniHujan Bulan Juni by Sapardi Djoko Damono
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Hujan Bulan Juni
    Penulis: Sapardi Djoko Damono
    Penerbit: PT Grasindo
    Halaman: 120 halaman
    Terbitan: September 2003

    Kumpulan puisi dari Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisi yang ada di sini adalah hasil tulisannya antara tahun 1964-1994. Sesuai judulnya, yang juga menjadi judul salah satu puisi di buku ini, tema besar buku ini memang hujan.

    Review
    Hasil baca bareng klub buku GRI. Really love it. Sampai baca berulang-ulang. Bukunya keren banget. Ketimbang review, saya tulis beberapa puisi yang saya suka di sini saja deh.

    HUJAN BULAN JUNI

    tak ada yang lebih tabah
    dari hujan bulan juni
    dirahasiakannya rintik rindunya
    kepada pohon berbunga itu

    tak ada yang lebih bijak
    dari hujan bulan juni
    dihapusnya jejak-jejak kakinya
    yang ragu-ragu di jalan itu

    tak ada yang lebih arif
    dari hujan bulan juni
    dibiarkannya yang tak terucapkan
    diserap akar pohon bunga itu

    1989

    Aku Ingin

    aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
    dengan kata yang tak sempat diucapkan
    kayu kepada api yang menjadikannya abu

    aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
    dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
    awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

    1989

    DALAM DIRIKU

    Because the sky is blue
    It makes me cry
    (The Beatles)


    dalam diriku mengalir sungai panjang,
    darah namanya;
    dalam diriku menggenang telaga penuh darah,
    sukma namanya;
    dalam diriku meriak gelombang sukma,
    hidup namanya!
    dan karena hidup itu indah,
    aku menangis sepuas-puasnya.

    1980

    YANG FANA ADALAH WAKTU

    Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
    memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
    sampai pada suatu hari
    kita lupa untuk apa
    "Tapi,
    yang fana adalah waktu, bukan?"
    tanyamu. Kita abadi.

    1978

    TUAN

    Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
    saya sedang keluar.

    1980

    PERCAKAPAN MALAM HUJAN

    Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan
    payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya
    kepada lampu jalan, "Tutup matamu dan tidurlah. Biar
    kujaga malam."


    "Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba
    suara desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;
    kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat
    manusia. Ia suka terang."

    1973

    Dan masih banyak lagi. Love this book so much :D


    View all my reviews


  2. 1 comments :

    1. nice post :D salam kenal yaaa

    Post a Comment