Rss Feed
  1. The Bell JarThe Bell Jar by Sylvia Plath
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: The Bell Jar
    Penulis: Sylvia Plath
    Penerbit: Ufuk Publishing House
    Halaman: 395 halaman
    Terbitan: Desember 2011

    Esther Greenwood memiliki begitu banyak hal yang diimpakan gadis seusianya--beasiswa dan berbagai penghargaan, keistimewaan bekerja dengan orang-orang top, dan kesempatan langka lain.

    Namun, Esther tak tahu apa tujuan hidupnya. Ia bingung menentukan beragam pilihan yang terpampang di depan matanya. Esther measa terkungkung. Ia bayangkan hidupnya seperti dalam bejana kaca, dengan udara asam di sekitarnya. Bisa melihat ke luar, namun tak bisa keluar. Bukan saja karena kebingungannya menentukan pilihan hidup, kekecewaan dan kemuakannya pada kemunafikan Buddy Willard, calon tunangannya, juga makin membuatnya terpuruk dan frustasi, hingga akhirnya dia sempat mencoba bunuh diri berkali-kali. Mampukah Esther bangkit dari keterpurukannya?

    Review

    Salah satu dari 100 novel terbaik sepanjang masa. Itu yang tertulis di kover belakang buku ini. Pertanyaan pertama saya adalah: versinya siapa? Soalnya ngeliat daftar 100 buku terbaik sepanjang masa yang ini, saya tidak melihat buku ini di daftar. Mungkin di datar 100 yang lain kali yah.

    Terlepas dari soal klaim di belakang buku ini, novel "The Bell Jar" ini merupakan salah satu novel yang sudah lama saya ingin baca. Ceritanya cukup menarik. Tentang seorang wanita yang tidak tahu apa yang dia inginkan dalam hidup dan masa depan seperti apa yang dia inginkan. Suatu masalah yang saya yakin dihadapi juga oleh banyak orang di dunia nyata.

    Saking galaunya menentukan masa depan dan kehidupannya, Esther, tokoh utama novel ini, pelan-pelan mulai jatuh ke dalam depresi dan kegilaan. Dari seorang wanita muda cerdas dengan masa depan yang tampak cerah, menuju seorang wanita gemuk di sebuah rumah sakit pribadi.

    Esther bertarung dengan banyak hal dalam hidupnya. Dengan dirinya sendiri, dengan apa yang sebenarnya dia inginkan, dengan apa yang orang-orang inginkan dari dia, dengan Buddy Willard, tunangannya yang dia panggil munafik.

    Kisah dalam buku ini diceritakan dalam alur maju mundur. Agak mengganggu, khususnya karena kadang timeline-nya kurang jelas. Untungnya tidak semengganggu itu karena masalah kejiwaan Esther. Serius loh. "Kegilaan" Esther membuat waktu menjadi tidak begitu berarti untuk diperhatikan. Cukup duduk dengan tenang dan lihatlah salah satu episode kehidupan Esther.

    Akhir ceritanya yang gantung bikin gregetan. Apakah akhirnya Esther sembuh, ataukah dia masih tetap bermasalah? Satu pertanyaan yang belum terjawab pada akhir novel ini. Menyebalkan.

    Secara keseluruhan ini buku yang menarik. Perjalanan Esther menuju kegilaan menarik untuk diikuti. Tiga bintang untuk novel ini.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2013 New Authors Reading Challenge

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment