Rss Feed
  1. Xar & Vichattan: Prahara (Xar & Vichatan Seri Ahli Waris Cahaya, Buku Dua)Xar & Vichattan: Prahara by Bonmedo Tambunan
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Xar & Vichattan: Prahara  (Xar & Vichatan, Seri Ahli Waris Cahaya #2)
    Penulis: Bonmedo Tambunan
    Penerbit: Adhika Pustaka
    Halaman: 425 halaman
    Terbitan: Agustus 2010

    Pasukan Kuil Kegelapan terus bergerak maju. Xar,Vichattan, dan Kuil Cahaya kebingungan menghadapi pasukan Kegelapan yang kian bertambah kuat. Munculnya peri kegelapan yang
    meluluhlantahkan para peri pendukung cahaya dan terpecah belahnya keempat ahli waris cahaya semakin memperburuk keadaan. Belum lagi dengan semakin melemahnya kekuatan elemental dan juga kekuatan Xar karena ulah Khalash serta panglima-panglimanya.

    Keadaan begitu buruk sehingga para pendukung cahaya harus menggantungkan hidup mereka pada seorang wanita gila dan buku-buku kuno yang dilindungi oleh ilmu sihir mematikan. Titik terang pun muncul, tetapi tak berlangsung lama. Karena tak seorangpun mengira rencana kegelapan yang sebenarnya.

    Review

    Buku kedua dari serial Xar & Vichattan. Jauh lebih baik dari buku pertama, menurut saya.

    Dari segi pertarungan, tetap berhasil digambarkan dengan baik oleh penulisnya. Sesuai dengan judul bukunya, "Prahara", di sini memang ada banyak sekali perkelahian yang terjadi. Apalagi karena plot di sini terbagi 4 alur. Soalnya Dalrin, Antessa, Gerome, dan Kara terpisah karena melakukan tugasnya masing-masing.

    Dari segi karakter, terasa adanya perkembangan yang signifikan. Keempat protagonis tampak mengalami remajanisasi di sini. Kalau di review buku pertama saya bilang mereka terlihat seperti anak 10 tahunan, di sini mereka terasa lebih remaja. Soalnya sudah mulai ada urusan cinta, dendam, hingga keragu-raguan.

    Hanya saja soal "masalah remaja" yang saya sebutkan di atas itu kurang tergali di sini. Misalnya soal Dalrin yang punya rasa ke Kara. Di bagian depan hal ini banyak disinggung, tapi ke belakang sudah tidak ada tuh.

    Selain itu, para tokoh antagonisnya juga mengalami perkembangan. Khalash yang merupakan tokoh jahat utama mulai menampakkan sisi yang lebih manusiawi. Motifnya yang semula hanya untuk "menguasai dunia" juga mulai sedikit tampak kedalamannya. Shiba dan Corbus juga mengalami pertumbuhan yang berarti di sini.

    Minus untuk buku kedua ini datang dari penulisannya. Ada beberapa kali saya mendapati kalimat, baik dalam narasi maupun dialog, yang terasa tidak pas. Rasanya seperti ada satu-dua kata yang kurang, atau susunan katanya yang terbalik-balik. Sayangnya saya gak nyatet contoh kalimatnya OTZ

    Ada juga beberapa typo di buku ini, seperti huruf kecil di awal dialog, dialog yang harusnya tertulis miring tapi tidak diberi italic, serta pemenggalan dengan tanda '-' yang tidak pada tempatnya.

    Beberapa salah ketik lain yang saya catat:
    - kata 'diingatannya' (hal. 171), yang harusnya dipisah, karena IMHO 'ingatannya' di sini menunjuk kata tempat.
    - nama Pietas yang jadi Amor di halaman 378. Saya sampai bolak-balik nyari kapan Amor dan Gerome tiba di Kuil Cahaya

    Nilai plus untuk tulisannya ada di dialognya yang sudah tidak terlalu telenovela. Bener kan, saya bakal lebih menikmati kalau dialog telenovela di buku 1 berkurang.

    Secara keseluruhan, buku kedua ini lebih baik dari buku pertama. Pertarungannya tetap apik, tokoh-tokohnya mengalami perkembangan, dialognya lebih enak dibaca, serta ceritanya lebih seru dan membuat penasaran.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2013 Indonesian Romance Reading Challenge

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment