Rss Feed
  1. Xar & Vichattan: Takhta CahayaXar & Vichattan: Takhta Cahaya by Bonmedo Tambunan
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Xar & Vichattan: Takhta Cahaya (Xar & Vichatan, Seri Ahli Waris Cahaya #1)
    Penulis: Bonmedo Tambunan
    Penerbit: Adhika Pustaka
    Halaman: 312 halaman
    Terbitan: Juni 2009

    Peperangan antar Kuil Xar dan Vichattan berhadapan dengan Kuil Kegelapan tidak terhindarkan. Tapi perang kali ini tampaknya berlangsung tidak seimbang. Xar dan Vichattan tidak lagi didukung kekuatan Cahaya yang telah hilang seiring hancurnya Kuil Cahaya tujuh tahun yang lalu. Satu-satunya cara untuk mengimbangi Kuil Kegelapan adalah dengan membangun kembali Kuil Cahaya.

    Namun untuk menegakkan kembali Kuil Cahaya tak semudah membalikkan telapak tangan. Hanya orang terpilih saja yang dapat membangkitkan kembali Kuil Cahaya. Akhirnya Dalrin, Gerome, Kara dan Antessa ditunjuk oleh roh Cahaya masa lalu sebagai ahli waris Kuil Cahaya. Penduduk Xar dan Vichattan tidak ada yang percaya mendengar berita itu. Mereka hanya empat orang anak kecil, tapi diberi tugas yang sangat berat. Sekarang mereka mau tidak mau harus menjalankan tugas itu demi membangun kembali kekuatan Cahaya dan mengalahkan Kegelapan.

    Review

    Buku yang saya peroleh dari hasil tukar poin di grup Kastil Fantasi di Goodreads. Sudah lama kepengin baca buku ini karena seri X&V ini adalah salah satu trilogi fantasi lokal yang berhasil memenuhi janjinya sebagai sebuah trilogi, alias tiga bukunya berhasil terbit semua.

    Dari segi tema, X&V ini mengangkat tema klasik cahaya vs. kegelapan lengkap dengan segala atribut khasnya. Cahaya dilambangkan dengan kebaikan serta cinta dan segala sesuatu yang berwarna putih, sedangkan kegelapan berarti kejahatan, berasal dari sesuatu yang sifatnya buruk, serta berwarna hitam. Yeah, bahkan pakaian para pendeta Kuil Kegelapan hitam-hitam. Dari jubah hingga cawatnya. Serius. Cawatnya.

    Awalnya saya mengira X&V ini ada cerita pendahulunya dan seri ini merupakan sekuel dari seri sebelumnya. Soalnya di bagian awal banyak disinggung soal perang 7 tahun lalu dan runtuhnya Kuil Cahaya dan hal ini membuat saya berpikir, "Nih cerita ada prekuelnya apa gimana sih? Gak ada penjelasan apa-apa udah banyak pembicaraan soal perang masa lalu." Untungnya pertanyaan-pertanyaan saya, seperti kenapa Kuil Cahaya bisa runtuh, kenapa tidak satu pun pendeta Kuil Cahaya tersisa, atau kenapa Khalash, si tokoh utama jahat, bisa bangkit kembali, terjawab di belakang-belakang.

    Masuk ke tokoh, saya jujur tidak bisa membedakan keempat anak penerus Kuil Cahaya. Saya bingung mana yang mana. Selain itu saya merasa mereka seperti empat anak berusia 10 tahun. Bukannya anak-anak usia 14 tahunan.

    Terus tokoh jahatnya, si Khalash, man, dia stereotip tokoh jahat banget. Pakaian hitam-hitam, serta punya ambisi menguasai dunia. Cuma dia tidak banyak muncul di sini, jadi rasanya belum terlalu digali.

    Satu hal yang saya paling gak demen dari novel ini adalah dialog telenovelanya. Kenapa sih sering banget nama karakternya dimunculkan dalam dialog? Kadang pemanggilan nama dalam dialognya tepat guna, tapi kebanyakan saya rasa tidak perlu. Sudah jelas kok siapa bicara ke siapa, siapa menjawab ke siapanya. Kalau dialog telenovelanya ini dikurangi, saya rasanya akan lebih menikmati novel ini.

    Yang saya suka dari X&V ini adalah konsep ilmu Xar dan Vichattannya itu sendiri. Xar yang lebih memanfaatkan kekuatan dalam diri, serta para praktisi Vichattan yang menarik kekuatan dari alam. Konsep yang bagus.

    Selain itu adegan pertarungannya juga berjalan dengan sangat baik. Ilmu sihir dan ritual-ritualnya juga digambarkan dengan bagus.

    Secara keseluruhan, saya beri 2 bintang. Saya suka pertarungannya, tapi saya gak gitu suka dialog dan penokohan keempat anak sejauh ini.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2013 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment