Rss Feed
  1. Maruti: Jerit Hati Seorang PenariMaruti: Jerit Hati Seorang Penari by Achmad Munif
    My rating: 1 of 5 stars

    Judul: Maruti: Jerit Hati Seorang Penari
    Penulis: Achmad Munif
    Penerbit: Narasi
    Halaman: 276 halaman
    Terbitan: Agustus 2005

    Maruti, seorang ibu dua anak, penari, tukang pijat, sekaligus ibu asuh bagi anak-anak di rumah singgah yang dia kelola. Hidupnya penuh dengan lika-liku. Mulai dari kemiskinan, perceraiannya dengan suami yang materialistis, sampai masalah-masalah yang dialami anak-anaknya.

    Taufik, anak laki-laki Maruti. Mahasiswa miskin yang pintar dan gila kerja. Dia merasa tidak layak ketika Grace, si mahasiswi cantik dan kaya, menyatakan cinta padanya. Tanpa dia sadari, ada sesuatu yang jauh lebih rumit antara dirinya dan Grace.

    Fatim, anak gadis Maruti. Murid SMA yang rupawan dan cerdas. Ketika Zul yang tampan jatuh hati padanya, ada orang-orang yang dengki dan ingin mencelakakannya.

    Sumi, salah satu anak asuh Maruti. Kembang yang sedang mekar dan menarik banyak kumbang ke arahnya. Tapi ketika salah satu kumbang itu adalah orang yang dulu pernah mau mencelakakan Maruti, apakah tindakan yang akan Maruti ambil?

    Review

    Membaca riwayat penulisnya, saya berdecak kagum. Di sana tertera beragam karya yang pernah dia terbitkan. Karya-karyanya bahkan ada yang dibeli oleh Depdiknas untuk disebarkan gratis di sekolah-sekolah. Berarti bisa dibilang, penulisnya sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya.

    Dan Goodreads, ya, saya memang sedang membicarakan penulisnya. Tapi dalam skala yang positif, jadi jangan hapus review ini.

    Oke?

    OKE?

    Lanjut.

    Novel ini sebenarnya dibuka dengan cukup baik. Saya cukup suka dengan Maruti. Tokoh perempuan yang tegar dan menjalani hidup bukan hanya berfokus pada dirinya sendiri. Bahkan dalam kemiskinannya, dia masih mampu mengelola rumah singgah bagi anak-anak terlantar.

    Cerita di bagian awalnya juga berjalan dengan baik. Sayangnya hal ini tidak bertahan hingga akhir.

    Saya mulai mengerutkan kening sejak masuk ke bagian Taufik. Drama ala remaja ditambah dengan dialog yang agak aneh langsung membuat saya kurang suka.

    Hanya saja twist di tengah ceritanya berhasil menaikkan kembali semangat membaca saya... yang langsung kembali dijatuhkan dengan bagian Fatim.

    Dari 4 plot yang saya tulis di bagian pertama review ini, menurut saya, bagiannya Fatim yang paling terasa gak penting. Plotnya terasa teenlit, bukan, sinetroniyah banget.

    Cewek SMA miskin tapi cakep dan pintar, disukai oleh seorang cowok cakep di sekolahnya. Ada geng cewek kaya yang pemimpinnya suka sama si cowok. Si cewek kaya dengki bin iri sama si cewek miskin tapi cakep dan pintar. Akhirnya si cewek kaya menghalalkan segala cara untuk merebut si cowok, bahkan dengan menggunakan kekerasan.

    Gak penting. Pakai banget.

    Bagian ini terasa buang-buang halaman. Padahal harusnya bisa dipakai untuk mempertajam 3 konflik lainnya (khususnya bagian Maruti dan Sumi) yang lebih menarik.

    Bagian plot Sumi lebih menarik ketimbang Fatim. Soalnya bagian ini menyinggung soal perdagangan perempuan dan ada hubungan yang kuat antara Sumi, Maruti, dan lelaki yang mengincar Sumi. Sayangnya karena bagian halamannya keambil sama Fatim, akhir ceritanya jadi terasa keburu-buru.

    Ya, buku ini sebenarnya antara 1 dan 2 bintang. Hanya saja banyaknya typo dan karena ada bagian yang cetakannya hilang di salah satu halaman, saya memutuskan untuk memberi hanya 1 bintang.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - Membaca Sastra Indonesia 2013
    - 2013 New Authors Reading Challenge
    - 2013 What's in A Name Reading Challenge
    - 2013 Indonesian Romance Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment