Rss Feed
  1. Slaughterhouse FiveSlaughterhouse Five by Kurt Vonnegut
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Slaughterhouse Five
    Penulis: Kurt Vonnegut
    Penerbit: Vintage Classics
    Halaman: 177 halaman
    Terbitan: 2000

    Prisoner of war, optometrist, time-traveller - these are the life roles of Billy Pilgrim, hero of this miraculously moving, bitter and funny story of innocence faced with apocalypse. Slaughterhouse 5 is one of the world's great anti-war books. Centring on the infamous fire-bombing of Dresden in the Second World War, Billy Pilgrim's odyssey through time reflects the journey of our own fractured lives as we search for meaning in what we are afraid to know.

    Review
    'You know--we've had to imagine the war here, and we have imagined that it was being fought by aging men like ourselves. We had forgotten that wars were fought by babies. When I saw those freshly shaved faces, it was a shock. '"My God, my God--" I said to myself, "It's the Children's Crusade."' (hal. 76-77)

    Buku ini bergerak dalam kecepatan yang luar biasa. Sangat mengagumkan. Di satu paragraf Billy Pilgrim adalah seorang bayi yang baru lahir. Di paragraf selanjutnya dia adalah seorang veteran perang. Di paragraf berikutnya dia adalah seorang perwira dalam Perang Dunia II. Di paragraf berikutnya dia adalah spesimen manusia bumi di kebun binatang di sebuah planet alien.

    Cara bercerita yang tidak biasa ini membuat saya kagum pada penulisnya. Bukan hanya karena idenya yang menarik, tapi juga karena cara perpindahan latar waktunya yang tidak membuat kagok. Walau Billy terus-menerus pindah dari satu masa ke masa lain, sangat mudah untuk mengikuti perpindahannya ini. Tiap sesi kehidupan Billy memiliki kekuatan, mudah dikenali, serta menarik untuk diikuti.

    Saya juga harus mengakui bahwa awalnya saya merasa kurang nyaman dengan teknik ini karena terasa kurang fokus, tapi lama-kelamaan saya jadi terbiasa dan mudah mengikuti ceritanya.

    Buku ini mengangkat topik efek perang pada orang yang mengalaminya. Seperti yang tertulis di halaman 73:
    Rosewater was twice as smart as Billy, but he and Billy were dealing with similiar crises in similiar ways. They had both found life meaningless, partly because of what they had seen in war.

    Lalu kenapa penulis mengambil unsur sci-fi untuk novelnya ini? Kenapa bukan unsur sejarah yang realistis? Mungkin karena bagi pengarang, sci-fi memiliki efek yang sama bagi Billy dan Rosewater.
    So they were trying to re-invent themselves and their universe. Science fiction was a big help. (hal. 73)

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment