Rss Feed
  1. Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang DiwariskanBandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan by Zaky Yamani
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan
    Penulis: Zaky Yamani
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 304 halaman
    Terbitan: Mei 2014

    Blurb

    Hidup adalah serangkaian persimpangan. Setiap keputusan yang kau ambil membawamu ke situasi berikutnya. Suka atau tidak, itulah yang kaudapatkan. Lalu kehidupan pun berlanjut, dan kau dibenturkan pada persimpangan baru.

    Dewi tak pernah menyangka hidupnya sebagai perempuan kerap ditentukan kehendak banyak laki-laki, entah bapaknya, orang yang merenggut kegadisannya, bahkan suami-suami yang dia nikahi. Ketika tiba saatnya dia yang memegang kendali, giliran anak-anaknya yang akhirnya terjerumus ke lubang hitam.

    Parlan, cucu Dewi, berharap memiliki kehidupan selain kehidupan yang dikenal keluarganya turun-temurun selama ini: sebagai bandar ganja. Tapi dia pun akhirnya dihadapkan pada persimpangan celaka itu: menjadi ahli waris bisnis keluarganya kendati hati kelesah, atau meninggalkan kerajaan yang sudah melewati sejarah panjang air mata dan darah.

    Sinopsis

    "Bandar" bercerita tentang Dewi, seorang gadis remaja yang akan dikawinpaksakan oleh ayahnya sendiri. Walau masih muda, Dewi banyak berpikir dan berintrospeksi. Melihat pengalaman ibunya yang dilecehkan ayahnya sendiri, Dewi menolak untuk diaturkan jodohnya. Dia pun kemudian lari dari rumah, memulai sebuah perjalanan panjang, dan pada akhirnya menjadikan Dewi sebagai awal mula berdirinya sebuah kerajaan ganja.

    Parlan, cucu Dewi, berharap dapat lepas dari kerajaan ganja yang ayahnya miliki. Di tengah kebimbangan hatinya, sang ayah datang dan menceritakan seluruh rahasia keluarga Parlan. Rahasia yang berdiri di atas darah dan keringat Dewi, ayah Parlan, dan kedua saudaranya.

    Review

    Buku hadiah Resensi Pilihan yang diadakan Gramedia. Terima kasih untuk Gramedia yang sudah memilih review "Nada Tanpa Kata" - Mira W. sebagai resensi pilihannya.

    Pertama saya akan bilang, selamat untuk penulisnya. Konon sang penulis butuh 10 tahun untuk menyelesaikan novel ini. Sebuah perjuangan yang luar biasa.

    Buku ini sempat masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award 2014. Makanya saya punya ekspektasi yang cukup tinggi.

    Novel "Bandar" ini bercerita tentang drama kehidupan Dewi, seorang gadis remaja yang lari dari rumah karena enggan dipaksa menikah oleh ayahnya. Sejak pelariannya itu, dia harus terus hidup menanggung derita. Mulai dari dijadikan pelacur, menikah dengan seorang pria yang memintanya kembali melacur, menikah lagi dengan seorang pria yang, karena satu dan lain hal, membuat Dewi kembali hidup sebagai pelacur, anak-anaknya tumbuh sebagai berandalan, hingga akhirnya mulai berjualan ganja.

    Dewi... hidupmu sangat... merana.

    Walau hidupnya terkesan bagai tokoh utama sinetron, Dewi bukan tokoh tipe pasif seperti yang biasa ada di layar kaca. Dia berjuang untuk dirinya sendiri. Dia juga memiliki pemikiran-pemikiran yang menarik, seperti menjadikan pelacur sebagai pegawai negeri (hal. 162), atau menggunakan ganja untuk tujuan rekreasional (ganja dibandingkan dengan alkohol di sini) pada hal. 214.

    Cara penceritaan penulisnya enak untuk diikuti. Cara berceritanya membuat saya terus-menerus membalik halaman karena ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sayangnya ada beberapa bagian di novel ini yang terkesan menyeret dan tidak fokus. Contohnya: semua bagian yang tidak berkaitan dengan Dewi dan keluarganya.

    Saya juga agak menyesalkan keberadaan tokoh Parlan. Alasannya (berhubungan dengan akhir cerita. Spoiler alert.) Parlan diceritakan sebagai pemuda yang masih idealis, calon sarjana hukum, dan ingin lepas dari usaha ganja ayahnya. Dia diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan usaha keluarga mereka. Ayahnya bahkan bercerita panjang lebar tentang bagaimana usaha itu dibentuk. 

    Penulis menjadikan Parlan tokoh yang bertolak belakang dengan usaha ganja keluarganya. Sayangnya hingga akhir cerita, penulis tidak membiarkan Parlan bersuara. Parlan tidak diberi kesempatan untuk merefleksikan cerita yang dia dengar. Dia juga tidak diberi ruang untuk menentukan sikap. Meneruskan kerajaan ganja yang neneknya bangun, atau mundur dan memilih jalannya sendiri, seperti yang Dewi lakukan.

    Ceritanya malah ditutup dengan surat dari ayah Parlan yang anti klimaks dan terasa kontradiktif dengan pernyataan sang ayah sebelumnya.

    Secara keseluruhan, "Bandar" adalah novel drama kehidupan yang baik. Cara berceritanya mengalir, walau alirannya sempat terhambat di beberapa tempat. Kalau saja penutup novel ini lebih nendang, saya pasti bakal kasih bintang lebih.

    Saya menutup review ini dengan kutipan mengenai hewan yang paling mewarnai bahasa kita:
    Aku tak paham bagaimana "anjing" bisa digunakan untuk berbagai suasana hati. Saat senang mereka berteriak "Anjing!" Saat susah mereka memaki "Anjing!" Di antara obrolan mereka menyelipkan "Anjing!"

    Hebat betul peran hewan itu dalam mewarnai tata bahasa kami. (hal. 11)

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2014 New Authors Reading Challenge

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment