Rss Feed
  1. Gerbang TrinilGerbang Trinil by Riawani Elyta
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Gerbang Trinil
    Penulis: Riawani Elyta & Syila Fatar
    Penerbit: Moka Media
    Halaman: 300 halaman
    Terbitan: 2014

    Areta, seorang gadis SMA dengan hobi yang "aneh". Di saat teman-teman sebayanya lebih tertarik dengan musik, film, atau cinta; dia justru lebih tertarik pada manusia purba, khususnya Pithecanthropus erectus.

    Perjalanannya ke Trinil, Ngawi, untuk melihat situs penemuan manusia purba, sekaligus mengunjungi neneknya, justru membawanya pada sebuah misteri yang lebih besar. Pithecanthropus erectus, yang dia gandrungi selama ini, sebenarnya adalah alien.

    Review

    Saya mengapresiasi bahwa kedua penulisnya, Riawani Elyta dan Syila Fatar, berani mengambil tema yang tidak lazim. Fantasi yang melibatkan alien? Kenapa tidak. Itu saja sudah jadi poin besar yang membuat saya membeli buku ini.

    Saya juga mengapresiasi penerbitnya yang berusaha mengemas buku ini sehingga tampak menarik. Saya suka dengan kover dan efek kilapnya. Secara visual, tampilan dalam novel ini juga cukup baik buat saya.

    Sayang untuk ceritanya belum terlalu memuaskan untuk saya. Segala sesuatunya terasa "belum matang dengan sempurna". Bagian depan novel ini bergerak dengan seimbang, mulai dari pengenalan Areta dengan segala atributnya (keluarga, sekolah, ketertarikannya pada paleontologi) hingga perjalanan perdana Areta ke Ngawi. Hanya saja, setelah memasuki perjalanan kedua Areta ke Ngawi, cerita jadi terasa sangat cepat, bahkan nyaris terburu-buru. Mungkin faktor halaman.

    Akibatnya, penokohan karakter banyak yang dangkal. Kecuali Areta, tokoh-tokoh lainnya hanya terasa sepintas lalu. Padahal ada banyak yang bisa digali dari tokoh lainnya. Misal: Yu Tini yang membantu Nenek Areta menyembunyikan rahasianya, Harry Dubois yang hanya numpang lewat, Reza dengan motif akhirnya yang kurang bisa saya pahami, Blark yang bisa dibuat lebih menarik sehingga tidak terasa stereotip tokoh jahat (dengan pakaian kelap-kelip yang lebih mirip kostum pawai), Mlaar dengan misinya, Mala dengan masa lalu dan hubungannya dengan *ehem, hingga Rossy yang tiba-tiba muncul dan bisa mengendalikan pesawat antariksa (Rossy, who the heck are you?)

    Untuk teknis penulisannya juga masih harus diperbaiki. Baru-baru ini saya baca ulasan salah seorang pengulas di Goodreads yang bilang kalau novel Moka Media yang dia baca banyak typo-nya. Saya mengamini hal itu setelah membaca novel ini. Beberapa yang saya catat:

    - santum (hal. 40) -> santun
    - sumringah (hal. 47) -> semringah
    - denagn (hal. 54) -> dengan
    - inchi (hal. 60) -> inci (atau 'inchi'-nya ditulis miring)
    - men-ghubungi (hal. 79) -> meng-hubungi
    - beberapa kali penggunaan kata 'Phite' dari hal. 167, padahal sebelumnya 'Pithe'.

    Ada juga kalimat: "Ada juga fosil tulang rahang bawah macan Felis Tigris Mandi Bula" di hal. 51. Kesan yang saya tangkap dari kalimat itu adalah: ada sejenis macan dengan nama ilmiah Felis tigris mandi bula, padahal mandibula itu kan pengertiannya rahang bawah. Cara penulisan nama ilmiahnya juga kurang tepat. Harusnya Felis tigris, dengan 't' kecil. Hanya huruf pertama pada nama ilmiah yang menggunakan kapital.

    Menurutku, buku ini akan lebih menarik kalau dibuat lebih panjang, atau mungkin dibagi beberapa buku. Dengan begitu, karakter-karakternya dapat lebih berkembang, sistem hidup para Pithe dapat lebih diperlihatkan, serta kehidupan Areta dan sosialisasinya dengan para wanita tawanan bisa lebih diperlihatkan. Juga pertanyaan seperti: bagaimana bisa ada dua jenis manusia di bumi? Kalau para Pithecanthropus erectus ada lebih dahulu, bagaimana Homo sapiens bisa kemudian muncul?

    Tapi, yah, saya bisa paham sih. Susah untuk menerbitkan buku trilogi fantasi di sini. Banyak yang menjanjikan bentuk logi, tapi hanya sedikit yang betul-betul bisa menyelesaikannya. Belum tentu juga penerbitnya setuju dengan bentuk seri. Padahal bagian aksi dan kehidupan dalam pesawat luar angkasa sudah sangat menarik buat saya.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan ide dan tampilan kovernya. Suka juga dengan pengetahuan baru yang saya dapat soal Trinil dan manusia purba di Indonesia. Dari segi cerita, bagian depannya terasa oke, tapi kemudian terasa buru-buru di belakang.

    Saya merekomendasikan novel ini untuk yang suka fantasi, novel dengan balutan sejarah, dan cerita tentang alien.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 2 comments :

    1. Unknown said...

      Waa terima kasih reviewnya! Bisa jadi bahan pertimbangan buat baca ini. Karena sempet tertarik liat covernya..

    2. Biondy said...

      coba beli aja. Banyak poin menarik kok di ceritanya *yang tidak ditulis di sini karena takut spoiler. :D

    Post a Comment