Rss Feed
  1. Tabir Nalar (Vandaria Saga)Tabir Nalar by Rynaldo Cahyana Hadi
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Tabir Nalar
    Penulis: Rynaldo Cahyana Hadi
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 303 halaman
    Terbitan: Oktober 2012

    Setelah tiga ribu tahun lamanya berkuasa, akhirnya dominasi bangsa frameless terhadap manusia diruntuhkan oleh Raja Tunggal. Kini kedudukan bangsa frameless dan manusia setara. Namun tidak semua pihak senang akan kesetaraan itu. Sebuah organisasi rahasia muncul dan mengoyak kedamaian antara frameless dan manusia dengan serangkaian pembunuh.

    Cervale Irvana, sang pembaca pikiran, berusaha menguak misteri di balik pembunuhan itu. Ia membuka rahasia organisasi misterius itu dan menemukan kenyataan yang sulit ia percayai

    Review

    Akhirnya saya baca novel ini. Sudah memasukkan buku ini ke daftar "to-read" sejak dia pertama rilis, tapi akhirnya baru sekarang beli e-booknya :)).

    Anyway, "Tabir Nalar" ini bisa dibilang sebagai kisah detektif ala Vandaria. Ceritanya berpusat pada Cervale Irvana, seorang frameless dengan kemampuan membaca pikiran, yang menyelidiki kematian para anggota Dewan Majelis Raja Tunggal, sebuah dewan yang bertujuan untuk menjaga keselarasan hidup antara manusia dan frameless.

    Saya suka dengan keputusan untuk membuat cerita seperti itu. Soalnya, buku-buku Vandaria yang sebelumnya kubaca lebih berfokus pada petualangan yang bersifat epik. Perjalanan, melawan sekian banyak monster, atau konflik antara 2 kerajaan tidak ada di sini. Untuk "Tabir Nalar" ini, latarnya hanya di satu tempat, pertarungan bukan dengan monster, serta konflik lebih bersifat internal. Hal-hal ini, plus cerita ala detektifnya, membawa angin segar bagi serial ini.

    Lalu kenapa saya hanya memberi 2 bintang untuk buku ini? Karena saya butuh waktu yang lama untuk bisa tertarik dengan ceritanya. Bahkan setelah ada beberapa pembunuhan awal pun, saya masih merasa adem ayem aja.

    Mungkin yang jadi permasalahan buatku adalah sudut pandangnya. POV 1 dari sisi seorang frameless rentan minim emosi dan hal itu yang terjadi di sini. Cervale sangat jarang menunjukkan suatu jenis perasaan. Walau ini sesuai dengan deskripsi frameless, sebagai pembaca saya jadi kurang begitu peduli dengan apa yang sedang terjadi. Dan soal POV ini, di bagian-bagian akhir entah kenapa bisa tiba-tiba terjadi selip perpindahan ke POV 3.

    Dan untuk pelakunya... yah, cukup mudah untuk menebak siapa dalang sebenarnya. Untuk motif pelakunya, cukup believable, tapi terasa dangkal untukku. Saya sih berharap motifnya bakal lebih berlapis dari itu :').

    Secara keseluruhan, it was ok. Saya suka dengan idenya. Penulisannya juga sudah bagus. Saya juga suka dengan adegan pertarungan yang penulisnya buat. Sangat dinamis dan seru untuk diikuti. Sayangnya, narasi yang ada terasa minim emosi. Whodunit yang ada juga kurang menantang.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment