Rss Feed
  1. Winterflame: Vandaria sagaWinterflame: Vandaria saga by Fachrul R.U.N.
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Winterflame: Vandaria Saga
    Penulis: Fachrul R.U.N.
    Penerbit: Artoncode Indonesia
    Halaman: 528 halaman
    Terbitan: November 2014

    Rhys empat tahun lalu melarikan diri sebelum ibu kota Ortheva diserang pasukan Pandora, negeri kaum penyihir bermata dwiwarna di utara. Pengkhianatan dan kehilangan hampir menghancurkannya di tengah jalan. Untunglah sebelum Rhys mati kedinginan di luar kota Porzar, takdir mempertemukannya dengan Algisarra, kemudian Sasha.

    Algisarra, gadis bisu berkatana, sanggup menjatuhkan delapan orang bersenjata seorang diri. Sayang kekaguman Rhys kepada Algisarra dibayangi oleh satu kekhawatiran: Algisarra tampak menyimpan rahasia masa lalu yang lebih kelam daripada Rhys.

    Sasha memanfaatkan kecantikannya untuk mendapatkan informasi. Dengan cerdik dia memimpin Rhys dan Algisarra menjadi trio pencuri, demi bertahan hidup di kota Porzar yang keji. Tak terduga informasi yang didapat Sasha musim dingin ini malah menjerumuskan mereka ke petualangan berbahaya. Tahu-tahu mereka terjepit dalam konflik berdarah antara Ortheva dan Pandora, juga pencarian senjata legendaris Winterflame.

    Vandaria Saga: Winterflame adalah novel teranyar Vandaria Saga yang membuka sebuah epik di benua yang belum terjamah dalam buku-buku sebelumnya. Winterflame juga akan hadir dalam bentuk mobile game pada tahun 2015. Untuk membaca novel atau memainkan game Winterflame, kita tidak harus membaca dulu buku-buku Vandaria yang lain.

    Review

    "Winterflame" adalah novel teranyar dari dunia Vandaria. Bercerita tentang Winterflame, sebuah senjata legendaris yang mampu memberikan kekuatan luar biasa bagi pemegangnya.

    Rhys, Algisarra, dan Sasha adalah kelompok pencuri di kota Porzar. Suatu hari, berdasarkan informasi yang mereka terima, mereka melakukan usaha pencurian di tempat salah seorang pengusaha di kota itu. Bukannya emas yang mereka peroleh, mereka justru terlibat masalah yang mengakibatkan mereka dikirim ke Lembah Alarus sebagai budak.

    Di sana Rhys dan Algisarra dipaksa mengonfrontasi masa lalu mereka. Di sana jugalah, mereka mulai terlibat dalam pertempuran yang melibatkan Winterflame.

    "Winterflame" adalah novel ke-7 yang saya baca tentang dunia Vandaria, dan novel ke-3 Faachrul R.U.N. yang kubaca. Dibandingkan dengan novel-novel Vandaria sebelumnya, "Winterflame" ini lebih mampu memperlihatkan dunia Vandaria secara lebih lengkap. Ada berbagai daerah, kebudayaan, hingga agama yang ditampilkan di sini.

    Dari sisi penulisnya, novel ini terasa berbeda dari 2 novel sebelumnya, Hailstorm dan Redfang. Tingkat kematian di novel ini lebih rendah dan tidak segrafik di Hailstorm dan Redfang.

    Dari segi penulisan, saya rasa editingnya harus lebih ditingkatkan lagi. Ada banyak masalah seperti ini:

    "Dua temanmu itu bisa dipercaya, kan?" tanya
    Kusir tanpa menoleh kepada Sasha. "Aku percaya mereka." (hal. 14)


    Entah kenapa ada banyak enter yang janggal di buku ini. Yang paling sering sih di percakapan antara Rhys dengan Algisarra. Algisarra ini kan diceritakan sebagai seorang wanita bisu, sehingga dia berkomunikasi dengan gerakan tangan. Nah, biasanya terjadi pola: gerakan Algisarra + dialog Rhys dalam 1 paragraf. Saya sampai kadang bingung, ini maksudnya Algisarra tiba-tiba bicara atau bagaimana?

    Saya juga agak 'terbelah' soal penggunaan logat di novel ini. Misal, salah satu preman yang masuk ke tempat Rhys di awal cerita dibuat berbicara seperti ini: "Begitu mau kami, benar, Ikan Buzuk. Paling zeru habizi kamu zekarang juga. [...]" (hal. 60).

    Premannya itu mungkin lama tinggal di Jerman.

    Atau Palmira, salah satu frameless, yang berbicara seperti ini:

    Mereka berkaul hendak membuktikan kepada perwakilan Aristokrasi bahwa Winterflame bakal mereka peroleh hari itu jua. Bahkan Tuan Xarann memegang setirah emas besar sebagai penghantar sihir, supaya dia mudah melumatkan tanah keras dan batu. Tuan Xarann tentang emas boleh membuat elatus gila. Tuan Xarann tak acuh jua tentang penggunaan sihir terlalu kuat boleh mengubur kami semua di dalam sana. (hal. 339-340)


    Saya rasa Palmira ini punya darah Melayu.

    Paham sih kalau penggunaan logat seperti ini bertujuan untuk memberi warna tersendiri untuk karakternya, serta menunjukkan keragaman bahasa dan budaya di Vandaria, tapi rasanya terlalu gimmicky. Setidaknya penulis cukup konsisten soal penggunaan logat ini.

    Kemudian ada juga product placement di sini dalam bentuk kartu Arkana. Sayangnya product placement-nya ini bersifat 'angin lalu'. Mungkin akan lebih menarik kalau salah satu babaknya diperlihatkan, sambil memberikan tensi dalam permainan yang berhubungan dengan cerita.

    Untuk ceritanya, plotnya termasuk linear. Tidak terlalu banyak twist dalam cerita yang membuat terperangah. Untuk adegan pertarungan, sejauh ini novel-novel Vandaria punya adegan pertarungan yang oke punya, termasuk di novel ini.

    Ilustrasi di novel ini oke punya. Saya suka banget sama gaya ilustrasinya.

    Contoh ilustrasi.

    Secara keseluruhan, novel ini 3,5 bintang untuk saya. Tapi, saya bulatkan ke atas. Saya memuji semangat Vandaria untuk terus berkarya. Terlihat sekali kalau mereka punya kemauan untuk terus berkembang. "Winterflame" ini termasuk novel fantasi lokal yang kubilang termasuk kece dari segi cerita dan ilustrasinya, walau teknis editing harus diperbaiki lagi.

    Saya menantikan gamenya yang katanya akan hadir pada 2015, tapi perasaan saya kok bilang kalau bakal mundur. Mereka baru mau menjalankan program Kickstarter soalnya.

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment