Rss Feed
  1. Love in City of AngelsLove in City of Angels by Irene Dyah
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Love in City of Angels
    Penulis: Irene Dyah
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 216 halaman
    Terbitan: November 2016

    "Love in City of Angels" bercerita tentang kehidupan Ajeng, seorang wanita asal Indonesia yang kini tinggal dan bekerja di Bangkok. Ajeng tidak percaya dengan cinta dan pernikahan. Baginya, kedua hal itu adalah omong kosong.

    Segalanya berubah saat dia bertemu Yazan, seorang pria India yang terkenal sebagai 'Yoda' dan 'pemadam kebakaran' di kantornya, karena keahlian pria itu dalam mengurusi kantor bermasalah serta ketenangannya dalam bertindak dan berkata-kata. Sebuah perjalanan ke Masjid Jawa di Bangkok menjadi titik mula kisah mereka yang penuh lika-liku.


    Dari dulu opiniku tidak berubah. Pernikahan itu jebakan betmen. Seremonial yang mengubah manusia dari sepasang individu asing, berevolusi menjadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga. Semua orang melek ilmu tahu dong, evolusi itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada cacat genetika, kegagalan, berkurangnya fungsi, dan hal-hal mengerikan lainnya. Jadi, tidak heran, dalam pernikahan pun muncul perceraian, perselingkuhan, ribut-ribut urusan anak dan harta, berantem sama mertua, kehilangan privasi. -Ajeng (hal. 4)


    Buku pertama dari seri 'Around the World with Love' yang saya baca. Tepuk tangan, dong.

    Oke, saya sempat mengira kalau latar di buku ini adalah Los Angeles. Iya, salahkan daku yang memang tidak melihat tulisan 'Bangkok' segede gaban di kovernya. Soalnya nama 'City of Angels' memang lebih lekat dengan LA dan karena saya juga baru tahu kalau Bangkok juga dikenal sebagai 'City of Angels', karena nama lokalnya, Krung Thep, memang bermakna kota malaikat.

    Ceritanya asyik. Pembaca akan dibawa ke berbagai tempat di Bangkok. Poin khusus saya berikan untuk wisata masjid yang penulisnya tunjukkan. Suatu sudut yang tidak biasa kalau bicara tentang wisata Thailand dan khususnya Bangkok.

    Penulisannya Irene Dyah bagus. Ceritanya mengalir, dialognya lucu, serta penulisya juga pandai menyelipkan momen romantis dan mengharukan.

    "Bukan mistis. Takdir. Justru karena beragama, aku percaya ada kekuatan Sang Pencipta yang mengatur kehidupan manusia. Tiga kali aku shalat meminta petunjuk, dan selalu ada namamu yang dimunculkan." (Yazan)

    Hah? Jadi dia sudah mendapatkan clue dari Tuhan, bahwa aku adalah jodohnya? Astaga, pria-pria seserius ini, seharusnya bertemu dengan wanita lain yang benar-benar sedang mencari suami. Bukan dengan aku, yang justru ketakutan merasakan hawa-hawa akan dilamar! (hal. 109)


    Untuk karakter, Ajeng buatku lebih realistis dibandingkan Yazan. Ajeng masih lebih manusiawi dengan segala kelebihan dan kekurangan, serta harapan dan ketakutannya.

    Yazan, di sisi lain, sangat satu dimensi. Dia lebih mirip tokoh ideal yang menjadi panutan bagaimana seharusnya setiap pria bertindak. Baik, perhatian pada pasangannya, kompeten dalam pekerjaan, serta taat beragama.

    "Lah, bagus dong, kalau banyak cowok yang kayak begitu," kata sebuah suara dari kejauhan.

    Memang betul, tapi sebagai tokoh dalam novel, dia tidak menarik. Mungkin ini terjadi karena penulisnya memakai POV 1, sehingga penokohannya sangat terbatas pada Ajeng dan lingkungannya. Kalau saya merasa akrab dengan Ajeng, Yazan terasa asing buat saya, karena saya tidak tahu apa kekurangannya, latar belakangnya, mimpi, atau ketakutannya. Nope, hal-hal itu tidak ada. Saya tidak tahu apakah Yazan memang seorang pria sempurna sejak lahir, ataukah ada tempaan kehidupan yang membuatnya menjadi 'Master Yoda'.

    Pria di hadapanku ini terlalu naif. Terlalu lurus. Terlalu indah. Tuhan pasti bercanda kalau benar Dia menjodohkannya denganku. (hal. 110)


    Hal lain yang agak kurang memuaskan buat saya adalah tentang penyelesaian masalah Ajeng dengan Earth (yang agak menggelikan, tapi setidaknya ada pembenaran yang cukup masuk akal), serta penyelesaian masalah Ajeng dengan kedua orang tuanya yang cukup tertebak.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Latarnya bagus, ceritanya juga bagus. Lucu dan menghibur. Memang ada beberapa bagian yang kurang sreg, tapi tidak membuat saya jadi tidak suka dengan novel ini. Empat bintang untuk kisah cinta di Kota Malaikat.

    Buku ini adalah salah satu dari 13.000 buku yang bisa kamu akses hanya dengan Rp 89.000. Cari tahu caranya di sini.

    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment