Rss Feed
  1. Lidah Mertua: Kumpulan PuisiLidah Mertua: Kumpulan Puisi by Benny Arnas
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Lidah Mertua
    Penulis: Benny Arnas
    Penerbit: Penerbit Basabasi
    Halaman: 64 halaman
    Terbitan: November 2016

    Sejak lama harusnya ia sadar kalau yang lebih tahu tentang dirinya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain—termasuk mereka yang ikut andil mendudukkannya di kursi itu dulu. Ia benar-benar merasa malu pada titik ini. Ia seolah menjelma seorang haus jabatan yang menyesal dan … tentu saja terlambat (ah, drama sekali!). Harusnya ia tahu bahwa ada banyak orang dalam perkumpulan yang mampu bekerja lebih baik darinya!

    Ternyata …. “maqam”-nya memang sastra dan keheningan yang membersamainya, bukan kesenian yang riuh, yang selalu membuatnya jadi salah-langkah dan tampil salah-tingkah di hadapan orang-orang yang lebih tahu.

    Syahdan, kesadaran yang terlambat itu menggiring sang penyair mengambil sebuah keputusan. Sungguh, ia berharap, orang-orang yang tidak puas atau bahkan pernah ia kecewai di perkumpulan itu akan memaafkan segala kelemahannya. Keputusannya adalah …


    Review
     
    Saya masih berusaha meraba-raba puisi-puisi Benny Arnas di buku ini. Untuk buku ini, saya masih tidak yakin temanya apa, serta bagaimana Benny Arnas ingin menata visual dari puisi-puisinya.


    Di sebagian besar puisinya, dia menuliskan bait-baitnya dengan padat. Bagaikan sebuah paragraf. Kata demi kata dia susun untuk membangun suatu makna. Sebuah gaya penulisan yang lebih lazim kita temukan dalam novel (atau bahkan paragraf non-fiksi) dibandingkan puisi.

    Ada juga puisinya
    yang disusun secara konvensional.
    Empat larik per baitnya,
    seperti ini sebagai misal.

    Lalu
    ada
    yang
    ditulis
    seperti
    ini.

    Jujur saya tidak begitu paham puisi, jadi mungkin memang saya saja yang kurang bisa memahami isi buku ini, serta apa benang merah yang ingin dibangun.

    Sebagai penutup, saya coba kutipkan salah satu puisi yang saya suka dari buku ini:

    Anak Ibu

    Ibu, doamu adalah perahu.
    Besar dan luas memuat masa depan.
    Dalam lindap samudera kau menyusup ke celah-
    -di bilah-bilah sunyi suaraku.
    memanggil nama-Mu.

    /Lubuklinggau, 2011


    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment